Pengunjung

Kategori

Entri Populer

User Login


  • Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
  • Mecetak Sumber Daya Manusia yang kompetitif di dunia kerja.
  • Unggul dalam Pengetahuan dan Teknologi.
  • Membangun manusia Indonesia yang tangguh.

Selasa, 01 September 2009

Strategi Pengembangan Sumber Daya Kelautan

Jurnal Sains dan Teknologi MARITIM (ISSN : 1412-6828)
Volume VIII, Nomor 1 September 2009 (Halaman 10-15)

Oleh :
Mariana Kristiyanti
Universitas AKI

Abstraksi

Pengalaman empiris telah membuktikan, bahwa kemampuan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya kelautan sangat penting untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia. Sumberdaya Kelautan merupakan kekayaan alam yang memiliki peluang amat potensial dimanfaatkan sebagai sumberdaya yang efektif dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sangat tepat dan strategis jika pemerintah mulai sekarang memantapkan strategi pengembangan sumberdaya kelautan.

I. Pendahuluan

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia banyak menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Kinerja pembangunan kelautan selama ini belum banyak memberikan kontribusi terhadap GDP (Gross Domestic Product) dan masih menyisakan masyarakat termiskin di negara yang memiliki potensi kelautan yang besar. Salah satu penyebab dari permasalahan ini adalah ketidak mampuan masyarakat dan bangsa Indonesia memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki, dan bila ditelusuri lebih lanjut, hal ini dikarenakan kurangnya informasi mengenai kelautan yang masih sangat lemah.

Oleh karena itu, sangat tepat dan strategis jika pemerintah mulai dari sekarang memantapkan strategi pengembangan sumber daya kelautan. Hal ini mengingat eksistensi Indonesia sebagai Negara kepulauan (Archipelagic State) terbesar di dunia dengan luas laut 5,8 juta km2 dan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.000 km, pada dasarnya menjanjikan potensi pembangunan ekonomi dan sektor kelautan yang luar biasa.

II. Potensi dan Peluang Pengembangan Kelautan

Indonesia merupakan salah satu Negara bahari terbesar di dunia, karakteristik geografis Indonesia serta struktur dan tipologi ekosistemnya yang didominasi oleh lautan telah menjadikan Indonesia sebagai Mega-Biodiversity terbesar di Dunia. Sumber daya kelautan  merupakan kekayaan alam yang memiliki peluang amat potensial dimanfaatkan sebagai sumber daya yang efektif dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Sumber daya kelautan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu (1). Sumber daya dapat pulih, (2). Sumber daya tidak dapat pulih, (3). Sumber energi, dan (4). Jasa-jasa lingkungan kelautan.

1). Sumber daya dapat pulih

Potensi sumber daya dapat pulih terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan bioteknologi kelautan. Dengan luas laut 5,8 juta km2, perairan Indonesia diperkirakan memiliki potensi lestari ikan laut sebesar 6,4 juta ton pertahun.Potensi tersebut terdiri dari ikan pelagis besar 1,65 juta ton, ikan pelagis kecil 3,6juta ton, ikan demersal 1,36 juta ton, ikan karang 145 ribu ton, udang peneid 94,8 ribu ton, lobster 4,8 ribu ton, dan cumi-cumi 28,25 ribu ton (Dahuri, 2003).

Selain potensi perikanan tangkap, Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya yang cukup besar. Berdasarkan hitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, potensi lahan kegiatan budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53juta ha yang terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia. Komoditas-komoditas yang dapat dibudidayakan pada areal tersebut antara lain : ikan kakap, kerapu, tiram, kerang darah, teripang, kerang mutiara, abalone, dan rumput laut. Pada tahun 2000, kegiatan budidaya laut (marikultur) mencapai produksi sebesar 994,962 ton dengan nilai sebesar Rp. 1,36 triliun berdasarkan nilai pada tingkat produsen (Statistik Budidaya Perikanan,2001).

Indonesia juga memiliki potensi pengembangan budidaya tambak yang cukup besar. Lahan utama yang potensial bagi pengembangan budidaya tambak terletak di daerah hutan bakau. Ditjen Perikanan (1999) memperkirakan potensi lahan pengembangan tambak di Indonesia mencapai 913.000 ha, sedangkan tingkat pemanfaatannya baru mencapai 344.759 ha atau sekitar 40 persen dari total potensinya. Komoditas-komoditas potensial yang dapat dibudidayakan adalah : udang windu, udang putih, udang api-api, udang cendana, ikan bandeng, baronang, belanak, dan ikan nila. Pada tahun 2000, kegiatan budidaya tambak baru mencapai produksi sebesar 430.017 ton atau sekitar 24 persen dari potensi lahan yang tersedia, apabila setiap 1 ha lahan menghasilkan produksi 2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 7,46 triliun (Statistik Budidaya Perikanan,2001).

Bioteknologi kelautan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Berbagai bahan bioaktif yang terkandung dalam biota perairan laut seperti Omega-3, hormone, protein dan vitamin memiliki potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industry farmasi dan kosmetik. Diperkirakan lebih dari 35.000 spesies biota laut memiliki potensi sebagai penghasil bahan obat-obatan, sementara yang dimanfaatkan baru 5.000 spesies. Beberapa jenis obat atau vitamin yang diekstrak dari laut misalnya, minyak dari hati ikan sebagai sumber vitamin A dan D, insulin diekstrak dari ikan paus dan tuna, sedangkan obat cacing dapat dihasilkan dari alga merah. 

2). Sumber daya tidak dapat pulih

Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi. Indonesia sebagai Negara maritim memiliki kandungan minyak dan gas bumi yang besar, berdasarkan data geologi, diketahui bahwa Indonesia memiliki 60 cekungan potensi yang mengandung minyak dan gas bumi. Dari 60 cekungan tersebut, 40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14 cekungan berada di daerah transisi daratan dan lautan (pesisir) dan hanya 6 cekungan yang berada di daratan. Dari 60 cekungan tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 84,48 milyar berel minyak, namun baru 9,8 milyar barel yang diketahui dengan pasti, sedangkan sisanya 74,68 milyar barel berupa kekayaan yang belum dimanfaatkan.

Meskipun cadangan minyak dan gas bumi Indonesia cukup besar, namun cadangan ini terbesar pada lokasi yang cukup jauh dari pusat konsumen dan jaringan pipa gas. Pada tahun 2005 diperkirakan Indonesia menjadi net importer untuk minyak bumi. Oleh karena itu intensifikasi kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ladang-ladang minyak, penambangan sumber minyak, serta penguasaan teknologi penambangan di lepas pantai perlu segera ditingkatkan.

3). Sumber energi

Energi kelautan merupakan energi non-konvensional dan termasuk sumberdaya kelautan non hayati yang dapat diperbaharui yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan Indonesia. Keberadaan sumberdaya ini dimasa yang akan datang semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari BBM (Bahan Bakaar Minyak) semakin menipis. Jenis energi kelautan yang berpeluang dikembangkan adalah ocean thermal energy conversion (OTEC), energy kinetic dari gelombang, pasang surut dan arus, konversi energi dari perbedaan salinitas.

Perairan Indonesia merupakan suatu wilayah perairan yang sangat ideal untuk mengembangkan sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena OTEC didasari pada perbedaan suhu air laut permukaan dengan suhu air pada kedalaman 1 km minimal 200C. Hal ini terlihat dari banyak laut, teluk serta selat yang cukup dalam di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan OTEC. Salah satu pilot plant OTEC DIKEMBANGKAN DI PANTAI UTARA Pulau Bali.

Sumber energi kelautan lainnya, antara lain energi yang berasal dari perbedaan pasang surut, dan energi yang berasal dari gelombang. Kedua macam energi tersebut juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Kajian terhadap sumber energi ini seperti yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan Norwegia di Pantai Baron, D. I Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini merupakan masukan yang penting dan pengalaman yang berguna dalam upaya Indonesia mempersiapkan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan energi non konvensional. Sementara itu, potensi pengembangan sumber energi pasang surut di Indonesia paling tidak terdapat di dua lokasi, yaitu Bagan Siapi-api dan Merauke, karena di kedua lokasi ini kisaran pasang surutnya mencapai 6 meter.

4). Jasa-jasa lingkungan kelautan

Pemanfaatan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan juga dapat dilakukan terhadap jasa-jasa lingkungan, terutama untuk pengembangan pariwisata dan pelayaran. Dewasa ini pariwisata berbasis kelautan (wisata bahari) telah menjadi salah satu produk pariwisata yang menarik dunia internasional. Pembangunan kepariwisataan bahari pada hakekatnya adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata bahari yang terdapat di seluruh pesisir dan lautan Indonesia, yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis.

Pada tahun 2002 pariwisata bahari menyumbang US$ 4,5 milyar atau menurun 16,5 persen dari tahun 2001 yang mencapai US$ 5,428 milyar (Media Indonesia,2002). Penurunan ini disebabkan oleh kondisi stabilitas nasional Indonesia terutama setelah ledakan bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 yang lalu. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan bagi perkembangan dunia pariwisata pada khususnya, perekonomian Indonesia pada umumnya. Untuk membangkitkan kembali dunia pariwisata, perlu upaya serius dari setiap elemen masyarakat Indonesia untuk  menciptakan suasana yang kondusif sehingga memberikan kenyamanan dan ketenangan di seluruh kawasan Indonesia. Selain itu perlu memperhatikan kekhasan, nilai jual dan peningkatan mutu komoditi pariwisata, sehingga dapat menarik masyarakat internasional untuk berkunjung ke Indonesia.

Potensi jasa lingkungan kelautan lainnya yang masih memerlukan sentuhan pendayagunaan secara profesional agar potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal adalah jasa transportasi laut (perhubungan laut). Betapa tidak, sebagai Negara bahari ternyata pangsa pasar angkutan laut baik antar pulau maupun antar Negara masih dikuasai oleh armada niaga berbendera asing. Berdasarkan data yang ada, hampir 80 persen proses perpindahan barang dan jasa antar pulau menggunakan jasa perhubungan laut.

III. Sasaran Pengembangan Sumber Daya Kelautan

Pengembangan sumberdaya kelautan diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya kelautan itu sendiri secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pesisir. Pengembangan sumberdaya kelautan tersebut diatas sebaiknya diarahkan pada :
  1. Penguasaan, pengembangan dan penerapan yang dibutuhkan dalam rangka optimasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Indonesia termasuk potensi dan karakteristik sumberdaya perikanan, rehabilitasi habitat ikan yang sudah rusak.
  2. Penguasaan dan penerapan teknologi penangkapan ikan seperti bahan dan peralatan yang produktif dan efisien serta berwawasan lingkungan bagi pengembangan perikanan rakyat.
  3. Penguasaan dan pengembangan serta penerapan budidaya laut termasuk sea ranching, baik untuk sumberdaya ikan yang sudah dapat dibudidayakan maupun yang belum.
  4. Penguasaan dan pengembangan serta penerapan bioteknologi untuk budidaya, pengelolaan lingkungan pesisir, maupun untuk pertambangan, termasuk teknik ekstraksi bioactive substances atau marine natural product untuk industri pangan, obat-obatan dan kosmetika.
  5. Penguasaan dan pengembangan dan penerapan prapanen dan pasca panen untuk mewujudkan industri pengolahan ikan yang mampu meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk kelautan.
  6. Penguasaan dan pengembangan teknik dan manajemen pemasaran produk perikanan yang lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan posisi tawar di pasar dalam negeri dan luar negeri.
  7. Penguasaan dan pengembangan serta penerapan teknologi eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam tidak dapat pulih (pertambangan), serta berwawasan lingkungan.
  8. Penguasaan dan pengembangan serta penerapan teknologi pendayagunaan potensi sumberdaya energi non konvensional seperti OTEC, energi kinetik dari pasang surut dan gelombang laut yang berwawasan lingkungan.
  9. Penguasaan,pengembangan dan penerapan teknologi pengelolaan limbah di kawasan pesisir dan lautan serta pengendaliannya.
IV. Kesimpulan

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan sumberdaya kelautan yang baik, maka diperlukan pengembangan dan perbaikan mutu sumberdaya manusia yang handal dan profesional di bidang pengolahan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Pengembangan sumberdaya manusia hendaknya diarahkan untuk memenuhi kelemahan di bidang :
  1. Pengelolaan eksplorasi dan produksi sumberdaya alam;
  2. Pengelolaan pencemaran;
  3. Pengelolaan perubahan bentang alam, rekayasa dan konstruksi; dan
  4. Pendekatan sistem dan interdisipliner untuk perencanaan dan pengelolaan secara terpadu.
Daftar Pustaka
  • Biro Pusat Statistik, 2001. Laporan perekonomian Indonesia 2002. Jakarta.
  • Brown, B.E, 1997. Integrated Coastal Management : South Asia. University of Newcastle Upon Tyne. United Kingdom.
  • Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
  • Dahuri, R., 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah : Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.
  • Pernetta, J. C. dan J. D. Milliman, 1995. Land-Ocean Interactions in the Coastal Zone : Implementation Plan. The International Geophere-Biosphere Programme. Stockholm.
  • Pigoselpi A, 2003, Strategi Pengembangan RISET dan Teknologi Sumberdaya Kelautan, IPB Bogor.
  • South Cross University, 1997. Coast Tourism : A Manual for Sustainable Development. Department of the Environment. Camberra.
  • UNESCO. 1993. COASTS : Managing Complex Systems. UNESCO Environment and Development Briefs.

0 komentar: